Wednesday, November 17, 2021

KI LUTUNG - Cerita Rakyat Karawang


KI LUTUNG - Cerita Rakyat Karawang


Alkisah pada masa awal sejarah, di kahiyangan Sang Hiyang Guriang Tunggal sedang membuat sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Sang Hiyang Tunggal, pencipta alam semesta. Semua penghuni kahyangan gotong royong mendirikan bangunan suci yang disebut Mandala Agung. Namun ketika semuanya sedang berkerja tiba-tiba ada bahan bangunan yang jatuh ke bumi, yaitu kayu haur merah yang mau digunakan untuk palupuh atau lantai.


Sontak semuanya jadi ribut dan bergegas menyusul jatuhnya kayu tersebut karena kayu itu merupakan  kayu keramat yang tidak boleh jatuh ke sembarang tangan. Manusia yang

menguasai kayu tersebut bisa membuat laut kering, mampu memindahkan bulan, menghentikan matahari dan menggeser bintang.

 

Dua pemimpin dewa yakni Sang Hiyang Wenang  dan Sang Hiyang Wening segera turun ke bumi untuk mencari kayu itu. Sang Hiyang Wenang turun di Gunung Mahameru yang ada di sebelah timur, dan memerintahkan semua penghuni hutan yang ada di sana untuk mencari kayu kahyangan sambil dijanjikan dirubah jadi manusia. Sedangkan Sang Hiyang Wening turun kepada badak, lodaya, lutung dan burung ciung untuk membantu menemukan kayu kahyangan tersebut. Dia menjanjikan mereka untuk dijadikan manusia kalau bisa menemukan kayu itu. 

 

"Kalau kalian menemukan kayu itu maka saya  akan mengubah kalian menjadi manusia," janji Sang Hiyang Wening. Badak, lodaya, lutung dan burung ciung tanpa banyak bicara segera ikut mencari kayu itu. Mereka tidak mengharapkan upah ataupun hadiah. Niat  keempatnya hanyalah ingin menolong saja. Sementara itu kura-kura dan udang yang mendengar janji Sang Hiyang Wening tidak mau ketinggalan. Mereka ikut mencari kayu itu di wilayah perairan. 


Diceritakan bahwa kayu haur merah kahyangan  jatuhnya menimpa gunung-gunung di bumi hingga patah, dan kelak gunung yang kena hantam kayu itu disebut Gunung Sumbing. Kayu itu lalu jatuh ke hutan bambu. Banyak makhluk yang berusaha menariknya tetapi malah membuat kayu itu mencelat lagi ke atas dan jatuh ke kahyangan yang kemudian diselamatkan oleh para dewa.

 

Oleh sebab kayu itu sudah ditemukan lagi, maka  badak, lodaya, lutung dan burung ciung akhirnya menghentikan pencariannya. Mereka kemudian musyawarah dan memutuskan untuk melakukan tapa  sambil membuat arca supaya bisa jadi manusia. 



Suatu hari, Batara Kala yang sedang berkeliling  merasa heran melihat ada bumi sebelah barat yang begitu sunyi, sedangkan bumi di sebelah timur justru sangat ramai. Batara Kala kemudian turun dan bertemu dengan badak, lodaya, lutung dan ciung yang sedang melakukan tapa. Batara Kala sangat terkesan dengan mereka karena mau menderita dulu untuk mewujudkan keinginannya. Padahal di sebelah timur semuanya sedang ribut memaksakan diri jadi manusia. Batara Kala  kemudian memanggil Sang Hiyang Wenang dan Sang Hiyang Wening dan mengingatkan keduanya tentang janji yang sudah mereka ucapkan.

 

"Ingatlah, kalian sudah menjanjikan untuk  merubah mereka jadi manusia kalau kayu haur merah ditemukan. Penuhilah janji itu. Lihat, badak, lutung, lodaya dan ciung sampai melakukan tapa sedemikian rupa supaya jadi manusia."

 

Sang Hiyang Wening setuju. Dia kemudian  memenuhi janjinya dan mengubah keempatnya menjadi manusia dengan perawakan yang gagah dan menarik. Badak dan yang lainnya bahagia sudah jadi manusia.

 

"Karena kami sudah menjadi manusia, maka apa  nama yang harus kami pakai?" tanya Ciung. 

 

"Untuk mendapatkan nama diri, maka kalian  harus mengembara dulu," jawab Batara Kala. Ciung dan  lainnya setuju. Mereka akan berpencar mencari pengalaman hidup ke berbagai pelosok dunia. Tapi sebelum mereka pergi, Batara Kala memberikan mereka bagian tanahnya masing-masing supaya ketika berkumpul nanti tidak ada rebutan wilayah. Dan untuk menjaga tanah milik ke empatnya maka Batara Kala menciptakan seorang satria yang akan menjaga dan mengurus tanah milik Ciung dan yang lainnya. Tanah itu kemudian diberi nama Peudjeudaran, dan akhirnya berubah jadi Pajajaran. Selanjutnya Ki Ciung dan tiga kawannya berpencar. Ki Lutung pergi ke arah laut. Dia kemudian berkelana ke berbagai sudut lautan yang ada di bumi, dan mendapatkan pengalaman maritim yang banyak. Setelah cukup lama katambiyas atau tersesat di laut dia kembali pulang ke Tanah Peudjeudaran. Dia

datang ke Muara Cipamingkis dan mendirikan sebuah kampung di sana. Pada masa anak cucu Ki Lutung, kampung itu pindah ke arah hilir dan membentuk sebuah kerajaan besar bernama Kuta Tambaga. Sementara itu, karena Ki Lutung memiliki pengalaman berkelana di lautan, ia memutuskan untuk membuat sebuah pelabuhan di tepi pantai. Dia pergi ke sebuah daerah yang kelak disebut Rawa Tambaga, di wilayah Bekasi dan Karawang Utara sekarang. Di sana dia membuat sebuah pelabuhan dan mengajarkan kepada rakyatnya cara membuat perahu dalam berbagai  ukuran. Dengan perahu tersebut maka banyaklah rakyat Ki Lutung yang menjadi pelaut dan mengunjungi berbagai sudut dunia. Pelabuhan di Rawa Tambaga juga menjadi sangat ramai dan dikunjungi orang-orang dari berbagai negara. Diantaranya dari wilayah Barata (India). Pada suatu hari dari negara tersebut datang rombongan dalam jumlah banyak. Mereka minta izin untuk mendirikan kampung di sebelah barat Citarum. Kelak, kampung itu berubah menjadi kerajaan yang disebut Tarumanagara. 


No comments:

Post a Comment

KI LUTUNG - ( karawang - jawa barat - Indonesian FOLKSLORE )

KI LUTUNG - ( karawang - jawa barat - Indonesian FOLKSLORE)    In the beginning of history, in Heaven, The Hiyang Guriang Tungga...