Monday, November 22, 2021

KI LUTUNG - ( karawang - jawa barat - Indonesian FOLKSLORE )


KI LUTUNG - ( karawang - jawa barat - Indonesian FOLKSLORE) 

 


In the beginning of history, in Heaven, The Hiyang Guriang Tunggal was making a place to worship The Hiyang Tunggal, the creator of the Universe. All those who live in Heaven were working together to build the sacred place called Mandala Agung. While everyone was working, suddenly one of the building materials fell down to the earth, that was the wood of Haur Merah that should be used as the floor.  All were panicked and bewildered, the wood was a very sacred and powerful piece which could not be possessed by humans. Humans who have the wood would acquire power to dry the sea, move the moon, stop the sun and drag the star.


Two of God Leaders, The Hiyang Wenang and The Hiyang Wening immediately went down to earth to find the wood. The Hiyang Wenang landed on Mount Mahameru on the east side and ordered all who lived in the jungle to look for the wood. The god promised that those who find the heaven wood will be transformed into humans. While The Hiyang Wening went to Rhinoceros, Crocodile, Monkey and Ciung Bird. The God asked the animal to help finding the wood and promised them the same

" If you find the wood I will transform you into a human" promised The Hiyang Wening. The four animals comply without any condition, they just wanted to help. While the turtle and the shrimp who overheard the promise of The Hiyang Wening also seized the opportunity and tried to look for the wood in the ocean.


The story told that The Wood of Haur Merah actually fell down into mountains and broke it. The mountain later is called Sumbing Mountain. When it was found, many creatures tried to pull it but it only made the wood spring back into Heaven and then was saved by the gods.


Since the wood had been found, the four animals, Rhinoceros, Crocodile, Monkey and Ciung Bird stopped the searching and decided to meditate and build sculpture, hoping that their act will be acknowledged by God and granted them transformation into human.


One day, Batara Kala who was going around the earth found something unusual, the west part was so quiet while the east was strident. Batara Kala went down and found the Rhinoceros, the Crocodile, the Monkey and Ciung Bird were in meditation. Batara Kala was impressed by their sacrifice, they were willing to suffer for gaining their wish. Then Batara Kala summoned The Hiyang Wenang and The Hiyang Wening and reminded them of their promises.

 

"Remember, you promised them human transformation if the wood was found. Fulfill the promise. Look how they let themselves suffer and meditate to be granted the blessing.

 

The Hiyang Wening agreed and fulfilled the promise, the four animals were transformed into strong and good looking humans. The animals were so happy.

"Now that we are human, what name should we use?" Ciung asked

"To obtain a name you have to travel first" Batara Kala answered Ciung's question. They complied and went separate ways to travel around the world gaining life experience. But before they went, Batara Kala gave them their own piece of land so when they come back from traveling they will not dispute over land.

To guard and take care of the land while the four went around the world, Batara Kala created a knight. The land was named Peudjeudaran that later changed into Pajajaran

The four travelled around the world in separate ways. Monkey that was then called Ki Lutung went to the sea. Ki Lutung travelled into every corner of the oceans and gathered many maritime experiences. After spending so many times in the oceans Ki Lutung went back to Peudjeudaran Land. He came into a place called Muara Cipamingkis and built a village there. In the time of Ki Lutung grandchildren, the village was moved into the delta of the river and developed into a kingdom called Kuta Tambaga


Since Ki Lutung was a man with maritime knowledge, he also decided to  build a port. He went to a place that later is called Rawa Tambaga, which is located on Bekasi and north Karawang nowadays. Not only built a port, he also taught how to make a ship in many sizes. With the ships, many people became sailors and visited many places in the world. The Rawa Tambaga port had become well known and visited by many foreigners, among them were people who came from Barata ( India ). One day they asked permission to build a village on the west side of Citarum. Later that village developed into a big kingdom called Tarumanagara.


Friday, November 19, 2021

PETA TOPOGRAFI KARAWANG - Tahun 1866 - 1869


 PETA TOPOGRAFI KARAWANG - Tahun 1866 - 1869















KASUMEDANGAN

 


KASUMEDANGAN


Kasumedangan adalah pemukiman pertama yang berdiri di Karawang sebelum datangnya Wirasaba dan Singaperbangsa. Kasumedangan menjadi pemukiman orang-orang dari Sumedang saat Karawang masih bernama Rangkas Sumedang. Kasumedangan pernah menjadi sebuah distrik yang besar. Pendiri Kasumedangan bernama Raden Raksanagara kemudian dimakamkan di Kasumedangan, yang sekarang masuk wilayah Desa Purwadana. 






by : Asep R Sundapura
Sumber : 
1. Membongkar Sejarah Karawang : The First Kingdom of Javadwiva
2. Babad Karawang : Sejarah Berdirinya Kabupaten Karawang Versi Terbaru & Terlengkap,  


Wednesday, November 17, 2021

KI LUTUNG - Cerita Rakyat Karawang


KI LUTUNG - Cerita Rakyat Karawang


Alkisah pada masa awal sejarah, di kahiyangan Sang Hiyang Guriang Tunggal sedang membuat sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Sang Hiyang Tunggal, pencipta alam semesta. Semua penghuni kahyangan gotong royong mendirikan bangunan suci yang disebut Mandala Agung. Namun ketika semuanya sedang berkerja tiba-tiba ada bahan bangunan yang jatuh ke bumi, yaitu kayu haur merah yang mau digunakan untuk palupuh atau lantai.


Sontak semuanya jadi ribut dan bergegas menyusul jatuhnya kayu tersebut karena kayu itu merupakan  kayu keramat yang tidak boleh jatuh ke sembarang tangan. Manusia yang

menguasai kayu tersebut bisa membuat laut kering, mampu memindahkan bulan, menghentikan matahari dan menggeser bintang.

 

Dua pemimpin dewa yakni Sang Hiyang Wenang  dan Sang Hiyang Wening segera turun ke bumi untuk mencari kayu itu. Sang Hiyang Wenang turun di Gunung Mahameru yang ada di sebelah timur, dan memerintahkan semua penghuni hutan yang ada di sana untuk mencari kayu kahyangan sambil dijanjikan dirubah jadi manusia. Sedangkan Sang Hiyang Wening turun kepada badak, lodaya, lutung dan burung ciung untuk membantu menemukan kayu kahyangan tersebut. Dia menjanjikan mereka untuk dijadikan manusia kalau bisa menemukan kayu itu. 

 

"Kalau kalian menemukan kayu itu maka saya  akan mengubah kalian menjadi manusia," janji Sang Hiyang Wening. Badak, lodaya, lutung dan burung ciung tanpa banyak bicara segera ikut mencari kayu itu. Mereka tidak mengharapkan upah ataupun hadiah. Niat  keempatnya hanyalah ingin menolong saja. Sementara itu kura-kura dan udang yang mendengar janji Sang Hiyang Wening tidak mau ketinggalan. Mereka ikut mencari kayu itu di wilayah perairan. 


Diceritakan bahwa kayu haur merah kahyangan  jatuhnya menimpa gunung-gunung di bumi hingga patah, dan kelak gunung yang kena hantam kayu itu disebut Gunung Sumbing. Kayu itu lalu jatuh ke hutan bambu. Banyak makhluk yang berusaha menariknya tetapi malah membuat kayu itu mencelat lagi ke atas dan jatuh ke kahyangan yang kemudian diselamatkan oleh para dewa.

 

Oleh sebab kayu itu sudah ditemukan lagi, maka  badak, lodaya, lutung dan burung ciung akhirnya menghentikan pencariannya. Mereka kemudian musyawarah dan memutuskan untuk melakukan tapa  sambil membuat arca supaya bisa jadi manusia. 



Suatu hari, Batara Kala yang sedang berkeliling  merasa heran melihat ada bumi sebelah barat yang begitu sunyi, sedangkan bumi di sebelah timur justru sangat ramai. Batara Kala kemudian turun dan bertemu dengan badak, lodaya, lutung dan ciung yang sedang melakukan tapa. Batara Kala sangat terkesan dengan mereka karena mau menderita dulu untuk mewujudkan keinginannya. Padahal di sebelah timur semuanya sedang ribut memaksakan diri jadi manusia. Batara Kala  kemudian memanggil Sang Hiyang Wenang dan Sang Hiyang Wening dan mengingatkan keduanya tentang janji yang sudah mereka ucapkan.

 

"Ingatlah, kalian sudah menjanjikan untuk  merubah mereka jadi manusia kalau kayu haur merah ditemukan. Penuhilah janji itu. Lihat, badak, lutung, lodaya dan ciung sampai melakukan tapa sedemikian rupa supaya jadi manusia."

 

Sang Hiyang Wening setuju. Dia kemudian  memenuhi janjinya dan mengubah keempatnya menjadi manusia dengan perawakan yang gagah dan menarik. Badak dan yang lainnya bahagia sudah jadi manusia.

 

"Karena kami sudah menjadi manusia, maka apa  nama yang harus kami pakai?" tanya Ciung. 

 

"Untuk mendapatkan nama diri, maka kalian  harus mengembara dulu," jawab Batara Kala. Ciung dan  lainnya setuju. Mereka akan berpencar mencari pengalaman hidup ke berbagai pelosok dunia. Tapi sebelum mereka pergi, Batara Kala memberikan mereka bagian tanahnya masing-masing supaya ketika berkumpul nanti tidak ada rebutan wilayah. Dan untuk menjaga tanah milik ke empatnya maka Batara Kala menciptakan seorang satria yang akan menjaga dan mengurus tanah milik Ciung dan yang lainnya. Tanah itu kemudian diberi nama Peudjeudaran, dan akhirnya berubah jadi Pajajaran. Selanjutnya Ki Ciung dan tiga kawannya berpencar. Ki Lutung pergi ke arah laut. Dia kemudian berkelana ke berbagai sudut lautan yang ada di bumi, dan mendapatkan pengalaman maritim yang banyak. Setelah cukup lama katambiyas atau tersesat di laut dia kembali pulang ke Tanah Peudjeudaran. Dia

datang ke Muara Cipamingkis dan mendirikan sebuah kampung di sana. Pada masa anak cucu Ki Lutung, kampung itu pindah ke arah hilir dan membentuk sebuah kerajaan besar bernama Kuta Tambaga. Sementara itu, karena Ki Lutung memiliki pengalaman berkelana di lautan, ia memutuskan untuk membuat sebuah pelabuhan di tepi pantai. Dia pergi ke sebuah daerah yang kelak disebut Rawa Tambaga, di wilayah Bekasi dan Karawang Utara sekarang. Di sana dia membuat sebuah pelabuhan dan mengajarkan kepada rakyatnya cara membuat perahu dalam berbagai  ukuran. Dengan perahu tersebut maka banyaklah rakyat Ki Lutung yang menjadi pelaut dan mengunjungi berbagai sudut dunia. Pelabuhan di Rawa Tambaga juga menjadi sangat ramai dan dikunjungi orang-orang dari berbagai negara. Diantaranya dari wilayah Barata (India). Pada suatu hari dari negara tersebut datang rombongan dalam jumlah banyak. Mereka minta izin untuk mendirikan kampung di sebelah barat Citarum. Kelak, kampung itu berubah menjadi kerajaan yang disebut Tarumanagara. 


Karawang Masa Tarumanagara

  

 Karawang Pada Masa Tarumanagara 

 .


Keberadaan Kerajaan Tarumanagara diketahui berdasarkan tinggalan prasasti, berita Cina dan juga pecandian Batujaya. Dari sejumlah tinggalan tersebut para ahli berpendapat bahwa dahulu Tarumanagara mendirikan pusat pemerintahannya di daerah Karawang Utara. Teks Wangsakerta juga menulis bahwa pusat Tarumanagara berada di sebelah barat Sungai Citarum, sebelum kemudian pindah ke lokasi yang lebih dekat ke pantai yang bernama  Sundapura. Pantun Bogor secara samar menyebutnya berada di sekitar wilayah Kalapa (Sunda Kalapa). 

 

Ditemukannya Pecandian Batujaya menunjukkan  bahwa pada masa lalu Karawang merupakan sebuah wilayah yang memiliki peradaban tinggi dan telah menjalin hubungan dengan bangsa-bangsa lain. Pendiri Tarumanagara berasal dari Wangsa Salankaya, India. Mereka mengetahui keberadaan pelabuhan di  Muara Citarum berdasarkan informasi dari para pedagang, karena sebagaimana hasil penelitian O.W Wolter, di Muara Citarum terdapat pelabuhan dagang yang ramai bernama Koying yang dikunjungi oleh pedagang dari berbagai negeri.  Sementara itu Teks Wangsakerta menuturkan bahwa pada masa Kerajaan Tarumanagara di Karawang juga terdapat beberapa kerajaan lokal seperti Pura Dalem, Muara Suba, Karang Sadulang dan beberapa nama lainnya termasuk Kuta Tandingan.

KI LUTUNG - ( karawang - jawa barat - Indonesian FOLKSLORE )

KI LUTUNG - ( karawang - jawa barat - Indonesian FOLKSLORE)    In the beginning of history, in Heaven, The Hiyang Guriang Tungga...